Gangguan Kepribadian Narsisistik
Oleh: Margaretha, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Half the harm that is done in this world
Is due to people who want to feel important
They don’t mean to do harm
But the harm does not interest them.
Or they do not see it, or they justify it
Because they are absorbed in the endless struggle
To think well of themselves.
T. S. Eliot
Apakah anda pernah bertemu dengan orang dengan ciri-ciri berikut: lebih memperhatikan dirinya daripada orang lain di berbagai situasi, secara mendalam merasa dirinya lebih penting daripada orang lain, menuntut dihargai dan berharap dipuja, kurang bisa mengembangkan empati pada orang lain, dan cenderung merendahkan orang lain. Jika ya, mungkin anda pernah berhadapan dengan seorang narsis.
Arti narsis
Istilah narsis didapat dari kata Narcissus dalam mitologi Yunani kuno. Menurut mitos, Echo adalah dewi hutan yang jatuh cinta pada Narcissus. Narcissus adalah pemuda yang sangat tampan namun secara berlebihan memperhatikan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain hingga sering meremehkan orang lain. Narcissus selalu menolak dan menampik ekspresi cinta Echo, hingga Echo patah hati dan mati. Atas kesombongan Narcissus, Dewa Zeus marah dan mengutuknya seumur hidup tidak akan mengalami cinta. Suatu waktu, Narcissus merasa haus, lalu datang ke kolam air yang jernih. Ketika bersimpuh untuk mengambil air di kolam itu, ia melihat bayangan dirinya dan jatuh cinta pada bayangan dirinya sendiri. Namun karena ia tidak mendapatkan respon dari bayangan diri yang dicintainya, akhirnya Narcissus mati di samping kolam dekat bayangan dirinya. Akhirnya karakter memegahkan diri sendiri dan merendahkan orang lain menjadi gambaran dari istilah narsis.
Siapa narsis?
Seorang narsis akan menempatkan dirinya sebagai pusat dari apapun yang dialaminya. Ia akan sulit menempatkan dirinya di posisi orang lain, sehingga sulit berempati. Ia akan merasa dirinya lebih penting dan lebih baik daripada orang lain sehingga cenderung merendahkan orang lain, namun pada saat yang bersamaan, narsis sangat peka terhadap penolakan dari orang-orang di sekitarnya. Jika mengalami penolakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan kehendaknya, maka ia akan bereaksi secara agresif baik dalam bentuk ancaman maupun perilaku kekerasan. Lalu jika disertai dengan rendahnya empati, dapat membuat mereka sulit merasa bersalah atas perilaku menyakiti orang lain.
David Brooks dalam artikelnya di New York Times pada 10 Maret 2011 menyebut narsisisme sebagai gangguan yang telah termanifestasi secara umum di Amerika Serikat. Ia menjelaskan hal ini terjadi karena masyarakat modern mulai bergeser dari nilai yang menekankan pada kerendahan hati (tidak fokus pada diri sendiri atau self- effacement) menuju nilai yang lebih menghargai diri sendiri (memberi ruang pada pengembangan diri atau self-expansion). Namun yang menjadi persoalan adalah ketika meningkatkannya self esteem tanpa didasari oleh kenyataan, atau ketika individu menilai dirinya lebih dari apa yang sebenarnya dimilikinya. Akibatnya individu akan memiliki jarak antara diri ideal (ideal self) dan diri actual (actual self).
Pada kepribadian narsisistik sering ditemukan mekanisme pertahanan ego seperti identifikasi, proyeksi, pemisahan (splitting), intelektualisai dan rasionalisasi. Menurut Kernber (1970) individu dengan gangguan kepribadian narsisistik menggunakan pemisahan sebagai mekanisme pertahanan ego utamanya. Jarak antara diri ideal dan diri aktual yang besar menciptakan ketidaknyamanan bagi ego, dan biasanya narsis akan mengembangkan egonya (penggelembungan ego) secara tidak realistis. Lalu narsis berusaha menggabungkan antara diri aktual dan ego yang tidak reaslistis, proses ini tampak dengan munculnya gejala perilaku memegahkan diri. Pada saat yang bersamaan, gambaran diri yang tidak sesuai dengan ego yang tidak realistis, yang biasanya berasal dari diri aktual, akan direpresi dan diproyeksikan pada hal-hal di luar dirinya dengan cara menilai ulang makna dan derajat kepentingan hal-hal tersebut (devaluasi). Lebih lanjut, mekanisme pemisahan juga sering disertai dengan mekanisme idealisasi dan penyangkalan. Biasanya seorang narsis akan memanipulasi orang-orang di sekitarnya sebagai bagian dari proses penggelembungan dirinya dalam rangka menciptakan ego yang tidak realistis; yaitu dengan cara membuat orang lain memujanya dan mencari persetujuan dari seorang narsis. Namun jika terjadi hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka narsis akan merendahkan orang atau hal-hal di luar dirinya.
Perlu dipahami bahwa gangguan narsisistik biasa didiagnosis pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Ahli psikologi klinis jarang memberikan diagnosa gangguan kepribadian pada masa kanak-kanak, karena dianggap kepribadian anak masih berkembang dan dapat berubah hingga ke masa remaja.
Bagaimana berhubungan dengan seorang narsis?
Judit Orloff (2011) mengemukakan paling tidak ada 3 hal yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan seorang narsis.
- Memiliki harapan realistis atas narsis. Walau narsis tampak meyakinkan, namun sebenarnya kemampuan emosional mereka sebenarnya terbatas. Dengan memahami ini, kita tidak akan terlalu berharap pada seorang narsis untuk memahami dan merespon emosi kita seperti yang kita inginkan.
- Jangan menggantungkan harga diri anda pada seorang narsis. Usahakan untuk tidak terjebak dalam perilaku memegahkan diri seorang narsis. Tahan keinginan untuk ikut menimpali seorang narsis, karena ia tidak akan menghargai atau mengapresiasi kemampuan anda. Namun juga jangan terlarut dalam perilaku selalu berusahan menyenangkan atau mengakui kemegahan diri seorang narsis.
- Tunjukkan bahwa bekerjasama akan memberi keuntungan bagi seorang narsis. Agar dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan seorang narsis, kita perlu memberikan argumen bahwa tujuan kerja akan memberikan keuntungan bagi mereka. Contohnya: ”saya ajak kamu makan malam dengan keluarga saya, karena mereka menganggap kamu menyenangkan.” Dengan hal ini, mereka akan lebih sukacita untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan kita karena sesuai dengan egonya.
Simpulan
Keinginan seorang narsis untuk selalu menyatakan kemegahan dirinya membuat mereka cenderung kurang peka terhadap kebutuhan emosional orang lain, sulit bekerjasama dan kurang empatik. Jika anda berhubungan dengan seorang narsis, sebaiknya pahami lebih lanjut siapa dan bagaimana seorang narsis berperilaku, karena ada beberapa hal yang penting dipersiapkan dan terus dilakukan, terutama dalam hal komunikasi dan kerjasama sepanjang kita hubungan dengan kita dengan seorang narsis.
Referensi
Brooks, D. (2011, 10 Maret). The modesty manifesto. New York Times. Diunduh dari http://www.nytimes.com/2011/03/11/opinion/11brooks.html?_r=1 pada tanggal 19 Desember 2011.
Orloff, J. (2011). Emotional freedom: Liberate yourself from negative emotion and transform your life. California; Three Rivers Press.
Kernberg, O.F. (1970). Factors in the psychoanalytic treatment of narcissistic personalities. Journal of the American Psychoanalytic Association, 18, 56-69.