Psikologi Moralitas: Mengapa menjadi benar dan salah bisa berujung pada kejahatan (Bagian II)

Psikologi Moralitas: Mengapa menjadi benar dan salah bisa berujung pada kejahatan (Bagian II)

Oleh: Margaretha

Pengajar Psikologi Forensik

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Moral-Emotions-300x260

Marah dan jijik

Marah dan jijik juga tergolong emosi negatif, namun biasanya muncul karena adanya suatu faktor di luar diri. Marah bisa terjadi ketika seseorang tersinggung atas perilaku orang lain, merasa dilanggar/dirugikan, frustasi atau adanya tindakan orang lain yang melanggar standar moral yang dianutnya. Sedangkan perasaan jijik terkait dengan reaksi atas penolakan terhadap sesuatu yang berpotensi menular atau sesuatu yang dianggap ofensif, tidak menyenangkan, serta pelanggaran etika keilahian/kesucian (mengingatkan pada sifat hewan yang dianggap lebih rendah, seperti buang air besar atau barang yang kotor/jorok).

Marah dan jijik bisa menyebabkan orang lebih mungkin terlibat dalam perilaku imoral. Marah tentu saja lebih bisa dipahami dipahami sebagai penyebab munculnya perilaku agresif, menyerang dan merusak. Kemarahan yang tidak dikelola akan menyebabkan orang dapat melakukan pelanggaran atau perilaku buruk. Namun, penelitian juga menemukan bahwa emosi jijik juga bisa menjadi akar emosi yang memunculkan kejahatan. Jijik ditemukan sebagai awal emosi munculnya pengabaian hak orang lain dan merendahkan martabat manusia lain, seperti rasisme dan pelecehan/kekerasan (Vartanian, Trewartha, & Vanman, 2016). Baca lebih lanjut

Mendampingi anak dengan trauma di Sekolah

Mendampingi anak dengan trauma di Sekolah

Oleh: Margaretha

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

trauma schools1

Anak yang mengalami krisis atau tekanan besar dalam hidupnya dapat mengalami trauma. Anak dengan trauma dapat mengalami problem, seperti: sulit tidur, mimpi buruk, menjadi sangat bergantung pada orang lain, atau menjadi menjauh/menarik diri dari orang lain, sulit makan, berperilaku agresif, dan frustasi. Di sekolah, juga bisa muncul masalah perilaku seperti: sulit konsentrasi, dan kesulitan mengikuti instruksi di kelas dan bekerja/belajar dalam kelompok. Sayangnya, problem perilaku ini dapat membuat orang dewasa di sekitar anak salah paham bahwa anak mengalami kesulitan belajar, kesulitan konsentrasi atau gangguan kecemasan biasa. Akibatnya, Guru tidak bisa memahami masalah anak dan kurang dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Trauma dapat mempengaruhi proses belajar, perilaku anak dan juga interaksi anak dengan orang-orang di sekelilingnya. Oleh karena itu, Guru perlu memahami apa trauma dan bagaimana mendampingi anak dengan trauma di sekolah. Guru juga perlu membekali diri untuk mampu membantu anak didiknya yang mengalami trauma agar bisa belajar walaupun sedang berada dalam situasi krisis. Tulisan ini menguraikan mengenai apa trauma pada anak usia sekolah dan strategi yang dapat dilakukan Guru di sekolah untuk mendampingi anak dengan trauma. Baca lebih lanjut

“Mencegah lebih baik daripada Mengobati”: Upaya preventif penyalahgunaan zat dari lingkungan terdekat anak

Oleh: Margaretha, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya
Disampaikan pada Seminar Anti Narkoba Gepenta Jatim 27 November 2014

IllustrationNarkotika, obat-obatan, rokok dan alkohol banyak yang disalahgunakan baik oleh anak, orang muda maupun dewasa. Bahkan saat ini, beberapa jenis zat sangat mudah ditemukan dan dibeli oleh anak dan remaja di lingkungannya, seperti: di rumah, di sekolah dan di komunitasnya. Bahaya tawaran narkoba mulai mengintai anak dan remaja Indonesia dengan berbagai cara, dari bentuk makanan, mainan, pengaruh teman atau bujuk rayu penjual agar kaum muda terbuai dan turut menyalahgunaan zat. Saat ini, penting bagi orang dewasa di sekitar anak dan remaja mengambil peran untuk menyiapkan mereka ketika menerima tawaran untuk menyalahgunakan zat. Orang tua dan guru perlu menyiapkan anak dan remaja agar mampu menolak penyalahgunaan zat.

Tulisan ini mencoba memahami fenomena penyalahgunaan zat pada anak-remaja, lalu menguraikan apa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan sekolah dalam mencegah penyalahgunaan zat.

Baca lebih lanjut