MENGAJARKAN KEBAIKAN UNTUK MENCEGAH SIKLUS KEKERASAN

Margaretha
Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

The science of kindness.

Sering Guru dan orang tua bertanya, bagaimana mengajari anaknya untuk tidak berkelahi atau bagaimana membuat anaknya peduli pada orang lain dan menunjukkan kebaikan pada orang lain? Ini adalah pertanyaan kita semua. Di tengah-tengah kekerasan yang diteriakkan, ditampilkan, dilihat sehari-hari di Indonesia, bagaimanakah kita bisa mengajarkan kebaikan pada anak-anak kita?

Kekerasan adalah bentuk pelanggaran dan bukanlah penyesuaian psikologis yang sehat. Ketika kekerasan terjadi, baik pelaku dan korbannya sebenarnya mengalami persoalan psikologis, dan mereka beresiko terikat dalam siklus kekerasan.

Siklus kekerasan dapat terjadi di keluarga dan di masyarakat. Penting untuk mengidentifikasi kekerasan dan segera melakukan intervensi agar tidak terjadi atau tidak terulang lagi. Tulisan ini akan menguraikan bagaimana mengajarkan kebaikan adalah hal yang perlu dipilih secara sadar pada saat ini agar anak-anak kita tidak terikat dalam siklus kekerasan.

Baca lebih lanjut

Mengapa kita harus membantu anak korban KDRT sekarang?

Margaretha

Pengajar Psikologi Forensik di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

Membantu anak korban kekerasan saat ini artinya menyelamatkan beberapa atau banyak orang di masa depan. Dengan menghentikan kekerasan dan membantunya pulih secara psikologis, kita bukan hanya menolong satu orang, tapi mungkin juga dapat menolong lebih banyak jiwa kelak.

Baca lebih lanjut

Melampaui Narsis

Melampaui Narsis (surviving narcissist)

Revisi tulisan tahun 2012

Oleh: Margaretha

800px-Narcissus-Caravaggio_(1594-96)_editedApakah anda pernah bertemu dengan orang dengan ciri-ciri berikut: lebih memperhatikan dirinya daripada orang lain di berbagai situasi, secara mendalam merasa dirinya lebih penting daripada orang lain, menuntut dihargai dan berharap dipuja, kurang bisa mengembangkan empati pada orang lain, dan cenderung merendahkan orang lain. Jika ya, mungkin anda pernah berhadapan dengan seorang narsis. Baca lebih lanjut

Kekerasan Seksual Anak terhadap Anak: Bagaimana Menangani Pelaku Kekerasan Seksual Dibawah Umur

Kekerasan Seksual Anak terhadap Anak: Menangani Pelaku Kekerasan Seksual Dibawah Umur

Oleh: Mega Pertiwi

Mahasiswa Matakuliah Psikologi Forensik

Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

 

 

Kekerasan pada anak merupakan sebuah fenomena yang sering terdengar di telinga masyarakat dan saat ini sedang menjadi sorotan publik. Tercatat sekitar 1 milyar anak-anak di dunia dengan rentang usia 2-17 tahun pernah mengalami kekerasan pada tahun 2016. Kekerasan terhadap anak seringkali disebut sebagai kekerasan berbasis pada umur. Bentuknya sendiri cukup beragam, seperti kekerasan fisik, kekerasan verbal, dan penelantaran yang berimbas pada manipulasi emosi, tindakan pengancaman bahkan kekerasan seksual.

Kekerasan seksual menjadi salah satu bentuk kekerasan anak yang banyak dijumpai. Hal ini dudukung oleh Laporan American Academy of Paediatrics (2016) dalam Global Prevalence of Past-Year Violence Against Children: A Systematic Review and Minimun Estimates pada tahun 2016. Dari data yang berhasil dihimpun, terlihat bahwa 40% anak-anak pernah mengalami kekerasan fisik sedikitnya satu kali dalam setahun dan salah satunya meliputi kekerasan seksual. Pada bulan September 2016, World Health Organization juga melaporkan bahwa 1 dari 5 perempuan dan 1 dari 13 laki-laki pernah mengalami kekerasan seksual pada saat anak-anak/remaja dan 12% anak-anak di dunia mengalami kekerasan seksual setahun terakhir. Jumlah peningkatan ini terjadi terutama di kawasan Asia. Baca lebih lanjut