Mood Disorders dan Bunuh Diri : Analysis Kasus Kematian Sylvia Plath

Mood Disorders dan Bunuh Diri : Analysis Kasus Kematian Sylvia Plath

Bernadeta Ayuning, Damianus Yanna, Dimas Panigraha, Dyah Rizka,  Frantic Claudia & Kecia Eunike (Mahasiswa Peserta Matakuliah Psikopatologi)

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

God, but life is loneliness, despite all the opiates, despite the shrill tinsel gaiety of “parties” with no purpose, despite the false grinning faces we all wear. And when at last you find someone to whom you feel you can pour out your soul, you stop in shock at the words you utter – they are so rusty, so ugly, so meaningless and feeble from being kept in the small cramped dark inside you so long. Yes, there is joy, fulfillment and companionship – but the loneliness of the soul in its appalling self-consciousness is horrible and overpowering.
(Sylvia Plath)

Pada tahun 1963, Sylvia Plath ditemukan tewas di dapur dengan kepala yang berada di dalam oven dan gas yang dihidupkan beberapa hari sebelum jadwalnya untuk berkonsultasi pada dokter psikiater pribadinya. Usahanya dalam melawan penyakit mental tertuang melalui novelnya yang berjudul The Bell Jar (1963). Novel tersebut dibuat sesuai dengan kehidupan nyatanya dan berbicara tentang seorang wanita muda yang memiliki permasalahan mental.

Baca lebih lanjut

Perubahan Diagnosa Klinis Autisme dalam DSM V

Margaretha,
sedang mengikuti Workshop Identifikasi dan Intervensi dini Anak dengan Autisme di Autism Association of Western Australia, Perth.
 autism-diagnosis
Di bulan Mei 2013 ini, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM V; American Psychiatry Association) telah terbit. Dan didalamnya berisi perubahan mengenai proses pembuatan diagnosa klinis Autisme. Perubahan memahami Autisme yang dilakukan oleh APA dinyatakan telah didasarkan pada riset dalam bidang Autisme. Tulisan ini akan menggambarkan perubahan diagnosa Autisme di dalam DSM V.

DSM V dan Kekerasan dalam relasi

DSM V dan Kekerasan dalam relasi

Oleh: Margaretha
Dosen Psikologi Forensik, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

relationship problem

Berbagai penelitian mengenai kekerasan dalam relasi telah membuka mata berbagai profesional dalam kesehatan mental; bahwa persoalan dalam relasi personal berpengaruh kuat pada kesehatan mental manusia. Dalam Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM V; 2013) dinyatakan bahwa berbagai bentuk pengalaman traumatik akibat kekerasan dan penelantaran yang dapat dialami seseorang dalam suatu relasi interpersonal dapat mempengaruhi keadaan mentalnya. Pengalaman traumatik yang terjadi dalam relasi, baik dalam hubungan keluarga, pacaran, suami-istri, anak-orang tua diakui menjadi faktor pencetus, penyebab dan yang mempertahankan gangguan mental yang dialami seseorang. Hal ini berbeda dengan penjelasan di DSM IV TR (2000) yang lebih memfokuskan pada problem psikopatologis individu dalam relasi. Oleh karena itu, profesional dalam kesehatan mental perlu memahami persoalan-persoalan dalam relasi interpersonal, terutama yang terkait dengan kekerasan, trauma, dan penelantaran. Hal ini sangat dibutuhkan agar kita dapat secara utuh memahami persoalan mental yang dialami seseorang. Baca lebih lanjut