Pornografi Mengancam Pribadi, Relasi, dan Komunitas (Bagian II)

https://www.apa.org/monitor/2014/04/pornography

Pornografi merusak komunitas
Komunitas dibangun dari relasi. Pornografi dapat mengikis kemampuan manusia untuk mengelola diri, kesulitan membangun dan mempertahankan relasi, bahkan merusak keluarga. Sebagai akibatnya relasi-relasi yang seharusnya menjadi pondasi dapat hancur dan mengancam keberlanjutan komunitas.

Pornografi adalah ancaman bagi komunitas karena mengikis moral, menghancurkan relasi, serta menciptakan marginalisasi.

Pornografi dan banalisasi kekerasan seksual
Konsumen pornografi perlu memahami asal video yang dinikmatinya. Penelitian oleh Griffith dan kolega (2012) di pusat industri pornografi di Los Angeles, Amerika Serikat terhadap 176 aktris video porno. Mereka menemukan sebagian besar video dibuat secara komersil, dimana aktris melakukannya demi mendapatkan uang (53%), seks (27%), perhatian (16%), serta kesenangan (11%). Namun, ada 1% video dibuat dengan pemaksaan dan kekerasan.

Kenyataannya, tidak semua video porno dibuat secara sukarela. Seorang perempuan bernama Rose Kalemba mengalami penculikan, pemerkosaan dan penganiayaan berat di usia 14 tahun oleh tiga orang laki-laki (Mohan, 2020). Rose diculik, dipukuli, ditusuk, diperkosa selama 12 jam, dan kejadian itu direkam pelaku. Lebih buruknya, beberapa bulan kemudian, ia menemukan video pemerkosaannya (dimana dia dalam keadaan tidak sadar, baju berdarah dan diperkosa) ditayangkan di situs Pornhub. Rose harus berjuang keras meminta Pornhub berhenti menayangkan video tersebut.

Selain kasus Rose, banyak juga video porno yang disebarluaskan di media sosial dengan latar belakang balas dendam (revenge pornography). Seseorang menyebarluaskan rekaman intimnya tanpa persetujuan pasangannya; dan ini dilakukan karena konflik dan niat mempermalukan pasangannya.

Kepekaan kemanusiaan orang yang mengkonsumsi pornografi bisa berkurang. Mereka menikmati pemerkosaan yang jelas-jelas bukan tampilan seks sehat dan normal. Bisa dibayangkan bagaimana sikap dan perilaku seks bisa rusak karena terbiasa menyaksikan tayangan pornografi menyimpang seperti itu. 

Baca lebih lanjut

Pornografi Mengancam Pribadi, Relasi, dan Komunitas (Bagian I)

https://www.psypost.org/2020/09/pornography-use-is-linked-to-depression-and-anxiety-primarily-among-those-who-morally-disapprove-of-it-58121

Semakin banyak persoalan relasi yang terjadi, baik dengan diri sendiri, juga antar pribadi, seperti antar kekasih, suami-istri, bahkan antara manusia di dalam komunitas. 

Biasanya, saya mencoba memahami persoalan satu-persatu, serta faktor-faktor unik yang mempengaruhi kondisi masing-masing. 

Namun, setelah melihat dan membaca berbagai riset tentang pornografi, saya memahami, bahwa ketergantungan pornografi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya persoalan pribadi dan antar pribadi. 

Salah satu ancaman di kehidupan modern dan global ini adalah pornografi. Pornografi dapat merusak kemampuan individu menjalin koneksi/keterhubungan dengan manusia lain yang menjadi tulang punggung lahirnya keluarga dan komunitas. Artinya, pornografi beresiko menghancurkan pribadi, relasi dan komunitas kita.

Baca lebih lanjut

Kriminalisasi seksualitas: Fetisisme atau yang lain?

Kriminalisasi seksualitas: Fetisisme atau yang lain?

(peringatan: materi berisi informasi seksualitas untuk dewasa)

Margaretha

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Jika kita masing-masing bertanya pada diri sendiri, apakah seksi itu? Apakah hal yang bisa menarik minat diri untuk tertarik secara seksual? Maka, hampir bisa dipastikan jawaban antara satu orang dengan orang lain akan berbeda. Ada yang menunjuk pada faktor fisik, yang berbeda-beda dari ujung kepala hingga kaki; ada juga yang akan menunjuk pada faktor kepribadian, intelek atau lainnya. Cara manusia merespon pada stimulus seksual juga bisa sangat bervariasi. Lalu, sepanjang masa hidupnya, perilaku seksualnya pun bisa dinamis yang dipengaruhi berbagai peristiwa hidupnya.

Dapat disimpulkan bahwa masing-masing individu akan memiliki hasrat seksual, minat stimulus seksual, respon dan perilaku seksual yang berbeda-beda. Bahkan pada beberapa orang seksualitasnya tergolong berbeda dari orang-orang kebanyakan. Mengapa? Banyak faktor yang mempengaruhi, dari genetika, fisiologi, insting, proses belajar, dinamika psikologis, serta motivasi diri.

Baca lebih lanjut

Otopsi Psikologis: Upaya Psikologi Forensik untuk Menyelidiki Faktor Penyebab Bunuh Diri

Psikologi forensik dapat membantu untuk menyelidiki penyebab kematian yang diduga bunuh diri, yaitu dengan melakukan Otopsi Psikologis (psychological autopsy).

Apa otopsi psikologis?
Otopsi psikologis adalah metode ilmiah yang dilakukan untuk memahami penyebab kematian yang diduga “bunuh diri”. Otopsi psikologis dilakukan oleh ahli perilaku/psikologi/psikiatri forensik dengan mengumpulkan data riwayat (retrospective information) tentang korban yang diduga meninggal bunuh diri.

Baca lebih lanjut