Kontrol, Manipulasi, dan Kekerasan dalam Relasi Intim

Kontrol, Manipulasi, dan Kekerasan dalam Relasi Intim

Oleh: Margaretha

Pemerhati masalah kekerasan dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

emotional-manipulation

Pada kencan ketiga, ditengah-tengah pembicaraan dan diskusi yang sedang terjadi, tiba-tiba Antonius mengatakan, “I love you, you are home to me, will you grow old with me?” Pasangan perempuannya membelalakkan mata, seperti tidak percaya, lalu di kepalanya muncul pikiran betapa cepatnya ini semua terjadi, seperti mimpi. Baru 3 bulan berkenalan, dan 1 bulan ini mulai melakukan kencan, namun sudah kesekiankalinya Antonius melamarnya. Selama ini dia bisa menepis halus lamaran Antonius. Namun selalu dengan meyakinkan, Antonius menyatakan perasaannya dan keseriusannya, bahkan mau mengajak bertemu orang tua dan keluarga satu sama lain. “Kalau kamu mau, bulan depan saya lamar kamu dan kita tunangan di depan orang tua kita”, katanya lagi. Tersipu dan terpesona oleh rayuannya selama ini, walaupun sedikit khawatir dengan sikap Antonius yang mulai posesif, akhirnya si perempuan mengangguk, “I would love that.” Tidak mengantisipasi apa yang akan terjadi, si perempuan mulai masuk dalam serangkaian proses mengontrol, manipulasi dan penuh kekerasan dalam relasi intim mereka. Baca lebih lanjut

Penjelasan Psikologi Evolusi atas Kekerasan dalam Relasi Intim

Penjelasan Psikologi Evolusi atas Kekerasan dalam Relasi Intim

Oleh: Margaretha

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

images

Di Amerika Serikat saja, sekitar 500.000 perempuan tiap tahunnya melaporkan telah mengalami kekerasan oleh pasangan atau mantan pasangannya (Zukerman, 2011). Mengapa hal ini bisa terus terjadi? Bahkan pada banyak negara ditemukan tren peningkatan, termasuk di Indonesia. Jika kekerasan adalah perilaku yang merugikan manusia karena merusak kehidupan psikis dan fisik korbannya, juga merugikan keadaan si pelakunya, lalu mengapa kekerasan dalam relasi intim terus dilakukan oleh manusia? Lalu, mengapa sebagian besar pelaku kekerasan relasi intim adalah laki-laki terhadap pasangan perempuannya?

Salah satu penjelasannya adalah dari perspektif Psikologi Evolusi. Psikologi Evolusi percaya bahwa perilaku manusia bertahan dari generasi ke generasi karena berperan dalam mempertahankan keberlangsungan spesies manusia di bumi ini. Tulisan pendek ini akan menjelaskan bagaimana usaha Psikologi Evolusi menjelaskan perilaku kekerasan dalam relasi intim. Baca lebih lanjut

Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (2)

Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (2)

Oleh: Margaretha

Pengajar Matakuliah Psikopatologi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

800px-Narcissus-Caravaggio_(1594-96)_editedBerikut adalah hal-hal yang akan ditemui seseorang jika berada dalam relasi intim dengan seorang NPD:

  1. NPD akan menyangkal perkataan atau perbuatannya.

NPD tidak akan mengakui perbuatan buruknya. Ia akan menyangkal dan menyalahkan orang lain. Bahkan ketika ada buktipun di hadapannya, maka NPD akan mengalihkan ceritanya agar mengesankan bahwa terjadi kesalahpahaman. Baca lebih lanjut

Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (1)

Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (1)

Oleh: Margaretha

Pengajar Matakuliah Psikopatologi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

800px-Narcissus-Caravaggio_(1594-96)_edited

Trauma kekerasan masa kanak ditemukan pada sebagian besar pelaku kekerasan dalam relasi intim (KDRI) ataupun dalam konteks keluarga. Sebagian dari pelaku kekerasan dalam relasi intim juga ditemukan memiliki gangguan psikologis, baik depresi, penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian. Pelaku KDRI yang memiliki gangguan kepribadian biasanya akan membuat penderitaan yang cukup mendalam bagi korbannya.

Artikel pendek ini akan menguraikan perilaku pelaku dengan gangguan kepribadian narsisistik terutama dalam konteks KDRI serta apa yang dapat dilakukan untuk menghadapinya. Mengapa? Karena KDRI yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki gangguan kepribadian narsisistik akan sangat menyakitkan untuk korbannya, karena korban akan dihabisi harga dirinya dan hal inilah yang membuat mereka kesulitan untuk meninggalkan relasi yang buruk tersebut. Artikel pendek ini bertujuan menjadi panduan singkat bagi masyarakat yang pernah melihat atau mengalami KDRI oleh pelaku yang menunjukkan gangguan kepribadian narsisistik. Baca lebih lanjut