Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (2)

Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (2)

Oleh: Margaretha

Pengajar Matakuliah Psikopatologi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

800px-Narcissus-Caravaggio_(1594-96)_editedBerikut adalah hal-hal yang akan ditemui seseorang jika berada dalam relasi intim dengan seorang NPD:

  1. NPD akan menyangkal perkataan atau perbuatannya.

NPD tidak akan mengakui perbuatan buruknya. Ia akan menyangkal dan menyalahkan orang lain. Bahkan ketika ada buktipun di hadapannya, maka NPD akan mengalihkan ceritanya agar mengesankan bahwa terjadi kesalahpahaman.

Contoh:

Pasangan: “Kamu menyakiti saya dengan kata-kata kasarmu.”

NPD: “Saya tidak menyakiti kamu. Kamu yang memilih untuk sakit dan menderita.”

Pasangan: “kamu menghina saya pelacur berkal-kali!”

NPD: “loh kamu pelacur bukan?”

Pasangan: “Apa maksudmu? Stop menghina saya!”

NPD: “Kalau kamu bukan pelacur mengapa kamu merasa terhina? Harusnya apapun kata-kata tidak akan menyakitimu. Kalau kamu sakit, itu adalah keputusanmu sendiri mau tersakiti hanya dengan kata-kata. Bukan salah saya.”

Pasangan: “hei kamu juga memukul saya dan merusak barang-barang di rumah saya.”

NPD: “saya tidak pernah melakukannya.”

Pasangan: “kamu lupa saya sudah divisum waktu kamu pukuli dulu.”

NPD: “saya tidak pernah memukul kamu. Kamu pembohong.”

Pasangan: “jadi luka-luka ini bohong? (sambil menunjukkan luka)

NPD: “saya tidak pernah memukul kamu. Terserah.”

  1. NPD menampilkan dirinya baik dan ramah pada orang lain.

NPD ingin menjadi pusat perhatian dan selalu haus pengakuan. Maka ia akan menampilkan diri secara sosial secara baik, terbuka, ramah, bijaksana, atau pandai. Segala kualitas baiknya akan ditonjolkan, namun akan sangat keberatan jika orang lain tahu kelemahannya. Pasangannya akan merasa bahwa tidak ada orang yang tahu siapa NPD yang asli sebenarnya, karena ia tampil secara berbeda di rumah dan di depan publik. Jikalau ada orang lain tahu kelakuan buruknya, maka NPD akan mengusir orang tersebut dari lingkungan hidupnya, seperti: memutuskan persahabatan.

Contoh:

NPD bisa menghasilkan banyak buku yang bermakna filosofi kemanusiaan dan pandangan hidup yang terbuka akan kesetaraan gender. Ia menampilkan diri dalam tulisannya sebagai manusia beragama dan anti-korupsi. Namun dalam relasi intim, ia menjadi sangat kasar dan memukul pasangannya dengan justifikasi nilai-nilai yang mengekang perempuan. Bahkan, tanpa malu membuat cerita bohong untuk mengambil keuntungan, misalkan: mengaku belum lulus kuliah agar terus mendapatkan uang dan masa perpanjangan beasiswa walaupun kenyataannya sudah dinyatakan lulus dan harus segera pulang.

  1. NPD pelit.

Ia akan berhitung atas pengeluarannya di relasi intimnya. Tidak mau mengeluarkan uang tanpa perhitungan yang jelas. Ia akan sangat hemat untuk pengeluaran bersama, namun untuk kepentingan pribadinya, ia dapat mengeluarkan uang banyak demi kesenangannya sendiri. NPD jarang memberikan hadiah. Ketika hanya berdua, maka ia akan membelikan hadiah yang murah. Namun ketika di hadapan orang lain, maka ia akan menunjukkan bahwa ia memberikan hadiah yang kelihatan mahal.

Contoh:

NPD: “selama saya sekolah saya tidak bisa menafkahi kamu.”

Pasangan: “saya paham. Tapi kamu jangan boros.”

NPD: “ya kalau saya perlu beli laptop baru kan itu untuk belajar.”

Pasangan: “katanya berhemat. Kok beli laptop Macbook Pro yang mahal.”

NPD: “saya tidak bisa bekerja kalau laptopnya kurang bagus. Lagipula kan ini uang saya.”

  1. NPD akan bercerita bahwa pasangannya gila/tidak dapat dipercaya

Seperti sebelumnya, NPD bercerita bahwa mantan pasangannya bermasalah, maka kali ini juga mereka membuat cerita pada banyak orang bahwa pasangannya gila atau tidak bisa dipercaya. Setiap kali bosan pada pasangannya, maka ia akan membuat cerita baru bahwa pasangannya bersalah, atau gila atau tidak dapat dipercaya.

Contoh:

NPD: “Ya dia jadi gila. Siapa yang tahan padanya. Makanya dia saya tinggalkan.”

Teman: “Jadi kalian urus perceraian?”

NPD: “Ya yang gila kan dia, biar dia yang urus perceraian. Itu bukan urusan saya. Saya sudah merasa bercerai sejak dulu. Saya tidak butuh kertas untuk merasa bebas dari pernikahan. Saya manusia bebas sekarang. Pernikahan itu hanya penjara.”

Dalam hal ini, NPD adalah pencerita yang ulung. Mereka bisa membuat orang percaya pada ceritanya. Akan ada teman-temannya yang percaya pada ceritanya dan malah semakin mendukung NPD. Namun orang-orang yang sungguh ingin memahami keadaan sebenarnya akan mengetahui perilaku NPD sebenarnya.

 

Bagaimana cara menghadapi NPD?

Memiliki relasi intim dengan NPD sangat menguras emosi dan menggerogoti kesehatan mental pasangannya. Selama bersama, NPD akan terus mencari cara untuk menguasai pasangannya, agar tunduk di bawah kontrolnya. Ketika ketahuan kelakuan buruknya, NPD akan berjanji berubah. Tapi janjinya akan dilanggar lagi. Lalu NPD akan kembali menjadi dirinya sendiri. Janji-janji yang tidak ditepati akan semakin membuat pasangan terpuruk dan akhirnya menjadi korban kekerasan.

Oleh karena itu, keluar dari relasi intim adalah salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh pasangan NPD. Berikut adalah cara-cara yang dijelaskan oleh Sarkis (2015), yaitu:

  1. Berhati-hati dengan usaha NPD menarik kembali ke dalam relasi intim dengannya (hoovering).

NPD akan berusaha menarik kembali pasangan terutama jika tampak mau berusaha meninggalkannya. NPD akan berjanji berubah dan tidak akan menyakiti pasangannya lagi. Ini adalah pola dalam relasi yang dipenuhi kekerasan. Sebuah siklus kekerasan dalam relasi intim. Kenyataannya, siklus kekerasan tidak akan berhenti. Suatu waktu, ia akan meledak lagi dan mengontrol. Ini bukanlah jalan hidup yang sehat bagi relasi intim dan keluarga. NPD akan pergi atau menelantarkan pasangannya ketika ia memiliki sumber pemenuhan kebutuhan egonya dari orang lain. Dan akan kembali lagi jika sumber tersebut telah habis. Ia akan selalu mencari orang yang memujanya, inilah yang ia lakukan dengan berselingkuh.

  1. Lakukan terapi individual.

Kebanyakan pasangan seorang NPD akan mengalami hancurnya harga diri dalam relasi intim seperti ini. Mereka menjadi korban NPD yang selama ini ditindas perasaan dan kebutuhannya. Korban NPD biasanya tidak lagi menyukai dirinya sendiri. Mereka telah dibentuk menjadi manusia yang terbiasa hanya memenuhi kebutuhan NPD dan mengabaikan perasaannya sendiri. Seorang terapis akan membantu korban NPD untuk kembali fokus pada kebutuhan dan perasaan dirinya. Terapis dan konselor juga akan mengajarkan korban NPD untuk membangun batasan hubungan yang sehat agar ia dapat membangun hubungan yang sehat dengan dirinya sendiri dan orang lain kelak.

  1. Jangan melakukan kontak.

Ketika korban NPD berusaha meninggalkannya, lebih baik hindari kontak sama sekali. Hal ini dilakukan untuk melindungi diri korban NPD. Jika ada keluarga NPD yang berusaha menyampaikan pesan dari NPD, hentikanlah. Kontak dengan NPD hanya akan mengarahkan korban NPD pada tersedotnya ia kembali ke dalam relasi yang dipenuhi siklus kekerasan. Jika korban NPD merasa tidak aman; jika NPD mengancam hidup korban dan keluarganya; maka sebaiknya mintalah bantuan dan perlindungan Kepolisian.

Selain itu, bagi orang yang pernah berhubungan dengan NPD, periksakanlah diri anda dari penyakit menular seksual (sexually transmitted desease). Karena NPD diketahui sangat sering memiliki banyak pasangan dalam satu waktu atau berselingkuh. Hal ini menyebabkan tingginya kemungkinan pasangan juga tertular penyakit seksual.

 

Referensi:

Sarkis, S. (2015). 10 Signs that you are in a relationship with a narcissist. Diunduh pada 10 Januari 2016 dari https://www.psychologytoday.com/blog/here-there-and-everywhere/201512/10-signs-you-are-in-relationship-narcissist

Sarkis, S. (2015). 8 More signs that you are in a relationship with a narcissist. Diunduh pada 10 Januari 2016 dari https://www.psychologytoday.com/blog/here-there-and-everywhere/201512/8-more-signs-youre-narcissist

Sarkis, S. (2015). So now you are in a relationship with a narcissist: Now what? Diunduh pada 10 Januari 2016 dari https://www.psychologytoday.com/blog/here-there-and-everywhere/201512/so-youre-in-relationship-narcissist-now-what

 

2 komentar di “Narsisistik dan kekerasan dalam relasi intim (2)

  1. Hi mba margaretha,
    Saya tertarik dengan tulisan mbak retha,kebetulan saya beberapa waktu lalu memiliki hubungan pernikahan dengan laki-laki yang seperti ini.
    Sama persis seperti yang di ceritakan pada kasus di sini,yang ingin saya tanyakan apakah rasa trauma yang saya dan putri saya alami bisa sembuh?

    Terima kasih

    • Hi mba, saya percaya pada Tuhan yang akan memberikan jalan penyembuhan. Namun, kita juga perlu berupaya pergi dari narsisistik (baik secara fisik maupun bayang-bayangnya). Memulihkan harga diri adalah yang penting berikutnya, karena narsisistik biasanya menghancurkan harga diri dan keyakinan diri korbannya agar mereka tetap berada dalam kontrol narsisistik. Dekatkan diri dengan lingkungan sosial (keluarga) yang akan memberikan dukungan positif bagi mba dan puteri. Semoga Tuhan memberikan jalan penyembuhan bagi mba dan puterinya yah.

      satu waktu cerita mba akan dibutuhkan untuk didengarkan oleh calon korban/korban lain, ketika mba sudah pulih.

Tinggalkan komentar