Psikologi Moralitas: Mengapa menjadi benar dan salah bisa berujung pada kejahatan (Bagian I)
Oleh: Margaretha
Pengajar Psikologi Forensik
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Gambar 1. Gambar ini adalah lukisan oleh seniman asal Kolombia, Isabel Castano, yang menggambarkan kemampuan setiap manusia untuk melakukan hal baik dan buruk, tergantung pada topeng apa yang hendak dipakainya *
Akhir-akhir ini saya sering tercekat melihat fenomena dimana orang tega menyakiti orang lain dengan alasan nilai moral dan keyakinan yang dianutnya. “Dalam keyakinan saya, mereka harus dihukum karena telah salah melanggar aturan, kebenaran harus ditegakkan!” dengan lantang berteriak. Pihak yang “dihukum” juga berteriak “Apa salah kami? Mengapa kalian kalian jahat pada kami?” Di antara mereka, banyak orang memilih menjadi penonton bingung dan pasif, “Apakah yang benar yang harus saya lakukan? Manakah yang benar?”. Masyarakat kita terpecah-pecah dalam mencari moralitas. Ini adalah tantangan besar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Hal ini membuat saya bertanya, dari mana asal moralitas sehingga kita tahu mana benar dan salah? Apakah ada hubungan antara moralitas dan kejahatan? Tulisan ini akan menguraikan beberapa pandangan saya terkait moralitas dan apa yang bisa dilakukan untuk mengelola kebaikan serta mencegah kejahatan.
Baca lebih lanjut